BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Trauma adalah cedera, baik fisik atau psikis (Dorland,
1998), trauma esofagus adalah benda baik tajam atau tumpul, atau makanan yang
tersangkut dan terjepit di esofagus karena tertelan. Baik secara sengaja maupun
tidak sengaja.
Benda asing esofagus adalah benda yang tajam maupun
tumpul atau makanan yang tersangkut dan terjepit di esofagus karena tertelan,
baik secara sengaja mapun tidak sengaja (Soepardi, 2010. Hal: 299).
B. Tujuan
1.
Siswa dapat mengetahui pengertian aspirasi benda asing
2.
Siswa dapat mengetahui
bagaimanakah tanda dan gejalah dari aspirasi benda asing
3.
Siswa dapat mengetahui
komplikasi akibat aspirasi benda asing
4.
Siswa dapatmengetahui
bagaimanakah cara pencegahan aspirasi benda asing
C.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Benda asing
esofagus adalah benda yang tajam maupun tumpul atau makanan yang tersangkut dan
terjepit di esofagus karena tertelan, baik secara sengaja mapun tidak sengaja
(Soepardi, 2010. Hal: 299).
B. Etiologi
pada anak
penyebabnya antara lain adalah anomaly congenital, termaksud stenosis
congenital, web, fistel trauma esophagus, dan pelebaran pembulu darah. Pada
orang dewasa sering terjadi akibat mabuk, pemakai gigi palsu yang telah
kehilangan sensasi rasa palatum, gangguan mental, dan psikosis.
C.
Patofisiologi
Ketika benda
asing masuk kedalam esophagus dapat membentuk suatu peradangan pada esophagus
dan menimbulkan suatu efek trauma pada esophagus kemudian menimbulkan suatu
edema yang menimbulkan rasa nyeri. Efek lebih lanjut adalah terjadi penumpukan
makanan, rasa penuh dileher dan kemudian dapat mengganggu system pernapasan
sebagai akibat trauma yang juga mempengaruhi trachea, dimana trachea memiliki
jarak yang dekat dengan esophagus.
D.
Manifestasi
Klinik
Gejala
sumbatan akibat benda asing esofagus tergantung pada ukuran, bentuk dan jenis
benda asing, lokasi tersangkutnya benda asing, komplikasi yang timbul akibat
benda asing tesebut dan lama benda asing tersebut tertelan. Gejala pemmulaan
benda asing esofagus adalah ras nyeri didaerah leher bila benda asing
tersangkut didaerah servikal. Bila benda asing tersangkut diesofagus bagian
distal timbul rasa tidak enak didaerh substernal atau nyeri di punggung. Gejala
disfagia bervariasi tergantung, pada ukuran benda asing. Disfagia lebih berat
bila telah terjadi edema mukosa yang memperberat sumbatan, sehingga timbul rasa
sumbatan esofagus yang persistem. Gejala lain ialah odinofagia yaitu rasa nyeri
ketika menelan makanan atau ludah, hipersalivasi, regurgitasi dan muntah.
Kadang-kadang ludah berdarah.
Gejalah
sumbatan tergantung pada ukuran, bentuk dan jenis benda asing, lokasi
tersangkutnya komplikasi yang timbul dan lama tertelan. Mula-mula timbul nyeri
didaerah leher, kemudian timbul rasa tidak enak didaerah substernal atau nyeri
dipunggung. Terdapat rasa tercekik, rasa tersumbat ditenggorok, batuk, muntah,
disfagiah, berat badan menurun, demam, hipersalifasi, regurgitasi dan gangguan
napas. pada pemeriksaan fisik terdapat kekakuan local pada leher bila benda
asing terjepit akibat edema yang timbul prokresif pada anak-anak terdapat
gejala nyeri atau batuk. Pada pemeriksaan fisik ditemukan ronghi, demam abses
leher empisema subkutan, berat badan menurun, gangguan pertumbuhan dan
obstruksi saluran napas.
E. Pemeriksaan
Penunjang.
Pemeriksaan
radiologi berupa foto polos esophagus servikal dan torakal anteroposteriol dan
iteral harus dilakukan pada semua pasien yang diduga tertelan benda asing. Bila
benda asing radioopak mudah diketahui lokasinya sedangkan bila radiolusen,
dapat diketahui benda implamasi periesofagus atau hiperint plamasi hipofaring
dan esophagus bagian proksimal. Esofagogram dilakukan untuk benda asing
radiolusen, yang akan memperlihatkan filling defect persisistent. dapat
dilakukan tomografi computer. Tindakan endoskopi dilakukan untuk tujuan
diagnostik dan terapi.
F.
Komplikasi
laserasi
mukosa perdarahan, perforasi lokal dengan abses leher atau mediastinitis.
perforasi dapat menimbulkan selulitis local dan fistel esophagus. Gejala dan
tanda ferforasi esofagus dan antara lain episema subkutis atau mediastinum.
Krepitasi kulit didaerah leher atau dada atau pembengkakan leher, kaku leher,
demam, mengigil, gelisa, takikardi, takipnea, nyeri yang menjalar kepunggun,
dan retrosternal, epigastrium. penjalaran ke pleura menimbulkan pneumotoraks dan
piotoraks. Bila lama berada diesofagus menimbulkan jaringan granulasi dan
radang oeriesofagus. benda asing seperti batere alkali menimbulkan toksititas
intrinsik local dan sistemik dengan reaksi edema dan implamasi local. Trauma
esofagus juga bisa mengakibatkan tumor esofagus dimana bila adanya riwayat
tertelan zat korosit yang menyebabkan peradangan kronis pada esofagus yang
menyebabkan klaina pada esofagus.
G. Penanganan
manuver Heimlich
Tersedak biasanya terjadi karena
makanan yang kurang dikunyah dengan baik "memasuki saluran yang
salah". Bila keadaan ini tidak segera diatasi, bisa berakibat fatal.
menyebabkan tersumbatnya saluran
pernapasan di sekitar tenggorokan (laring) atau saluran pernapasan (trakea).
Aliran udara menuju paru-paru pun terhambat sehingga aliran darah yang menuju
otak dan organ tubuh lain terputus. Karena itu perlu dilakukan tindakan pertama
yang efektif untuk menyelamatkan nyawa dengan tindakan Heimlich
Manuver Heimlich mungkin dikenal sebagai
teknik terbaik untuk melegakan saluran pernapasan yang tersumbat. Indikasi dari
orang yang tersedak adalah korban tidak mampu berbicara, jatuh pingsan, atau
mengeluarkan suara-suara aneh dengan usaha keras. Wajahnya berubah menjadi
biru, keabu-abuan atau keunguan.
terjadi
bila saluran pernapasan tersumbat sebagian atau seluruhnya oleh sesuatu yang
bisa jadi sebenarnya dimaksudkan untuk masuk ke dalam perut atau oleh benda
asing
Yang
harus dilakukan.
Pertama, perintahkan anak atau
korban untuk membatukkan benda yang menyebabkan tersedak. Jika Anda berpikir
anak masih memiliki sesuatu yang menyumbat tenggorokan mereka, Anda harus
membungkukkannya agar kepalanya lebih rendah hingga gaya gravitasi dan bantuan
Anda akan membantu mengeluarkan benda yang menyumbat. Jika tidak memungkinkan
melakukan hal di atas atau jika tidak berhasil, Anda dapat melakukan beberapa
pertolongan pertama ini:
Untuk orang dewasa:
Katakan pada korban untuk menunduk
lalu beri lima pukulan
1.
keras di antara kedua
belikatnya. Jika
ini gagal, lakukan hentakan perut atau manuver heimlich.
2.
Anda berdiri di
belakang korban, lingkarkan kedua lengan Anda mengitari pinggang korban di
antara pusat dan tulang dada, lalu dorong ke arah atas dengan hentakan cepat
3-5 kali. Ulangi
kedua langkah di atas hingga berhasil.
3.
Jika korban semakin
tidak sadar, baringkan tubuhnya di 4. lantai dengan wajah menghadap ke atas.
Jika korban dewasa tidak sadar:
1.
Ketegangan
otot pernapasan korban mungkin malah 1.
berkurang saat ia tidak sadar. Yang
penting adalah memeriksa apakah korban bernapas. Jika tidak, Lakukan kembali
dorongan di antara kedua belikatnya dengan cara memiringkan
badannya. Segeralah menghubungi ambulans atau mempersiapkan
transportasi.
2.
Jika ini gagal,
lakukan hentakan perut dengan cara 2.
meletakkan bagian dasar kedua
telapak tangan Anda yang berhimpitan di daerah ulu hati yaitu di bawah tulang
dada korban. Lakukan hentakan ke arah atas. Jika korban mulai bernapas normal,
letakkan ia dalam posisi miring yang nyaman agar lidah tidak menyumbat jalan
napas. Hubungi ambulans, dan periksa pernapasan serta nadi setiap 10 menit.
Jika ia tetap tak bernapas, lakukan resusitasi.
Pasien
dirujuk di rumah sakit untuk dilakukan esofagoskopi dengan memakai cunam yang
sesuai agar benda asing tersebut dapat dikeluarkan. Kemudian dilakukan
esofagoskofi ulang untuk menilai kelainan-kelainan esophagus yang telah ada
sebelumnya untuk benda asing, tajam yang tidak bisa dikeluarkan dengan
esofagoskopi harus segerah dilakukan pembedahan sesuai lokasi benda asing
tersebut. Bila dicurai perforasi kecil, segerah dipasang pipa nasogastar agar
pasien tidak menelan dan diberikan antibiotic dan analgetik berspektrum luar
selama 7-10 hari agar tidak terjadi sepsis. Bila letak benda asing menetap
selama 2 kali 24 jam maka benda asing tersebut harus dikeluarkan secara
pembedahan.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
§ Nyeri pada
saat menelan
§ Nyeri
substrelnal
§ Perasaan penuh
§ Ketakutan
dan ansietas
§ Penurunan
berat badan
§ Nafas busuk
§ Suara serak
dan batuk
§ Paralise
diafragma
B. Diagnosa keperawatan
1.
Ketidakefektifan bersihan jalan
napas berhubungan dengan obstruksi esofagus.
2.
Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia dan disfagia.
3.
Nyeri berhubungan dengan proses
penyakit.
4.
Ansietas berhubungan dengan prognosa
penyakit buruk.
5.
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
mengenai perawatan di rumah.
6.
Resiko infeksi berhubungan dengan
inflamasi pada esofagus.
C. Intervensi
Diagnosa 1 : Ketidakefektifan bersihan jalan napas
berhubungan dengan obstruksi esofagus.
Tujuan :
pasien mendemonstrasikan kemampuan untuk mempertahankan kebersihan jalan napas.
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Kaji pola
napas
|
Mengetahui
sejauh mana pola napas pasien sebagai indikator intervensi selanjutnya.
|
2
|
Pertahankan
tirah baring jika kondisi memerlukannya
|
Tirah
baring dapat membantu relaksasi otot-otot pernapasan.
|
3
|
Tinggikan
kepala tempat tidur 30-45 derajat (posisi semifowler)
|
Posisi
semifowler (posisi duduk 30-45 derajat) mengurangi penekanan abdominalis
terhadap diafragma.
|
4
|
Hindari
posisi terlentang
|
Posisi
terlentang dapat membuat penekanan abdominalis terhadap diafragma sehingga
ekspansi paru tidak maksimal.
|
5
|
Lakukan
pengisapan orotrakeal jika dibutuhkan
|
Pengisapan
orotrakeal membantu pengeluaran mukus yang menyumbat jalan napas.
|
Diagnosa 2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan
dengan anoreksia dan disfagia.
Tujuan : masukkan kalori pasien dipertahankan, dan
nutrisi seimbang.
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
.kaji kemampuan pasien untuk
menelan cairan dan makanan
|
Untuk mengidentifikasi kemampuan
pasien menelan cairan dan makanan guna intervensi selanjutnya.
|
2
|
Ukur masukan dan haluaran
|
Untuk mengetahui seberapa banyak
kebutuhan nutrisi dan cairan yang dibutuhkan klien.
|
3
|
Beri dukungan kepada pasien untuk
mengunya makanan dengan baik, untuk mengigit dalam jumlah kecil, dan untuk
makan pelan
|
Jika makanan dalam bentuk halus
maka membantu proses pencernaan
|
4
|
Bantu pemberian makanan jika perlu
|
Membantu pemenuhan nutrisi klien
|
5
|
Bantu dalam pemasangan selang NG
jika dipesankan
|
Membantu pemenuhan nutrisi dengan
selang NG
|
Diagnosa 3 :
Nyeri berhubungan dengan proses penyakit.
Tujuan : Pasien mengambarkan nyeri dalam keadan
minimal atau tidak
ada nyeri
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Kaji nyeri, lokasi, karasteristik, mulai timbul, frekuensi dan
intensitas, gunakan tingkat ukuran nyeri
|
untuk mengukur tingkat/kualitas
nyeri guna intervensi selanjutnya
|
2
|
Ajarkan dan bantu dengan alternative teknik pengurangan nyeri (misalnya
imajinasi, musik, relaksasi)
|
Pengalihan perhatian dapat mengurangi nyeri
|
3
|
Ubah posisi setiap 2 sampai 4 jam
|
Posisi yang nyaman dapat membantu mengurangi tingkat nyeri.
|
4
|
.Berikan analgesik jika dipesankan
|
Analgesic dapat mengurangi nyeri.
|
Diagnosa 4 :
Ansietas berhubungan dengan prognosa penyakit buruk.
Tujuan : Pasien atau orang terdekat memberikan
perawatan
mengungkapkan
rasa takut dan ansietas dan menggunakan
mekasisme
koping efektif.
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Kaji kemampuan pasien dan orang terdekat untuk mengkomunikasikan perasaan
|
Mengkomunikasikan/mendiskusikan masalah dapat membantu mengurangi rasa
cemas.
|
2
|
Bantu dalam menangani reaksi emosional terhadap proses penyakit
|
Membantu klien menangani masalah membuat klien dan keluarga merasa
diperhatikan serta tidak merasa sendirian.
|
3
|
Dorong dan berikan waktu untuk mengungkapkan masalah
|
Mengungkapkan masalah dapat membantu menghilangkan rasa cemas.
|
4
|
Kambangkan arti komunikasi jika pasien mengalami kesukaran berbicara
|
Komunikasi yang baik dapat membantu menyelesaikan
masalah dan mengurangi kecemasan.
|
Diagnosa 5 : Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya
informasi mengenai perawatan di
rumah.
Tujuan : Pasien atau orang terdekat
mendemonstrasaikan pemahaman
akan perawatan rumah dan intruksi
evaluasi.
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Intruksikan pasien atau orang terdekat mengenai tipe dan perawatan selang
yang diperlukan untuk selang gastrostomi
|
Memberikan pengetahuan kepada pasien dan keluarga mengenai perawatan
selang gastrostomi
|
2
|
Diskusikan dan ajarkan penatalaksanaan nyeri dan pemberian injeksi jika
dipesankan
|
Memberikan pengetahuan kepada pasien dan keluarga mengenai proses
penatalaksanaan penyakit.
|
3
|
Diskusikan jadwal radiasi atau penatalaksanaan kemoterapi.
|
: Penatalaksanaan kemoterapi menjadi suatu masalah berhubungan dengan
efek yang ditimbulkannya.
|
4
|
Jelaskan kebutuhan untuk
mempertahankan perjanjian evaluasi dengan dokter
|
Evaluasi dokter menjadi sumber informasi pada klien dan keluarga.
|
Diagnosa 6 :
Resiko infeksi berhubungan dengan inflamasi pada esofagus.
Tujuan :Tidak terjadi infeksi
No
|
Intervensi
|
|
1
|
Kaji pasien terhadap bukti adanya infeksi
|
Untuk mendeteksi sedini mungkin adanya tanda-tabda infeksi
|
2
|
Periksa tanda-tanda vital, demam, mengigil
|
TTV merupakan acuan terjadinya Infeksi
|
3
|
Tekankan higiene personal
|
Personal hygiene dapat mencegah timbulnya mikroorganisme yang dapat
menyebabkan infeksi
|
4
|
Kolaborasi mengenai pemberian antibiotik
|
Pemberian antibiotic dapat mencegah infeksi
|
D.
Implementasi
Implementasi dilaksanakan sesuai
dengan intervensi yang telah dibuat dengan menyesuaikan terhadap kondisi klien.
E.
Evaluasi
1.
Pasien mendemonstrasikan kemampuan
untuk mempertahankan kebersihan jalan napas.
2.
Masukan kalori pasien dipertahankan,
dan nutrisi seimbang
3.
Pasien mengambarkan nyeri dalam keadan minimal
atau tidak ada relaksasi
4.
Pasien atau orang terdekat
memberikan perawatan mengungkapkan rasa
5.
Pasien atau orang terdekat
mendemonstrasaikan pemahaman akan perawatan rumah dan intruksi evaluasi.
6.
Tidak terjadi infeksi
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
·
Trauma adalah adalah cedera, baik
fisik atau psikis (Dorland, 1998) ,trauma esofagus adalah benda baik tajam atau
tumpul, atau makanan yang tesangkut dan tejepit di esophagus karena tertelan.
Baik secara sengaja maupun tidak sengaja.
·
Gejalah sumbatan tergantung pada
ukuran, bentuk dan jenis benda asing, lokasi tersangkutnya komplikasi yang
timbul dan lama tertelan. Mula-mula timbul nyeri didaerah leher, kemudian
timbul rasa tidak enak didaerah substernal atau nyeri dipunggung. Terdapat rasa
tercekik, rasa tersumbat ditenggorok, batuk, muntah, disfagiah, berat badan
menurun, demam, hipersalifasi, regurgitasi dan gangguan napas. pada pemeriksaan
fisik terdapat kekakuan local pada leher bila benda asing terjepit akibat edema
yang timbul prokresif pada anak-anak terdapat gejala nyeri atau batuk. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan ronghi, demam abses leher empisema subkutan, berat
badan menurun, gangguan pertumbuhan dan obstruksi saluran napas.
·
Pencegahan pada aspirasi benda asing
dapat berupa pada saat makan sesuatu tidak berbicara agar tidak tertelan.
A.
Saran
Setiap asuhan keperawatan yang
dibuat seseorang pasti memiliki kekurangan dan kelebihan. Oleh karena itu kami
kelompok 4 yang membuat asuhan keperawatan tentang Aspirasi benda asing meminta
maaf apabila ada kesalahan dari aseuhan keperawatan yang kami buat.
Terimah kasii.......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar